Form Finding

JAKARTA, inca-construction.co.id – Di ruang studio arsitektur modern, diskusi tentang bentuk tak lagi dimulai dari estetika semata. Kini, pendekatan form finding hadir sebagai cara berpikir baru: mencari bentuk berdasarkan distribusi gaya dan respon struktur terhadap gravitasi. Alih-alih memaksakan bentuk, pendekatan ini memungkinkan bentuk “ditemukan” lewat proses eksplorasi fisis dan digital yang menyatu.

Form finding bukan sekadar tren atau gaya desain. Ia adalah metode konseptual sekaligus teknikal yang melibatkan pemahaman mendalam akan material, struktur, dan gaya-gaya alami, dan menjadi landasan penting dalam karya arsitektur eksperimental maupun fungsional.

Apa Itu Form Finding dalam Konteks Arsitektur?

Form Finding

Form finding adalah pendekatan perancangan arsitektur yang berfokus pada pencarian bentuk (form) berdasarkan prinsip struktur dan gaya, bukan sekadar hasil dari inspirasi visual atau kebutuhan programatik.

Metode ini banyak digunakan dalam:

  • Struktur tarik (tensile)

  • Shell structure

  • Jembatan gantung

  • Struktur biomorfik atau parametrik

Tujuannya adalah menciptakan bentuk arsitektur yang responsif terhadap gaya dan efisien secara struktural, sering kali menghasilkan bentuk-bentuk non-konvensional seperti lengkung, paraboloid, atau permukaan ganda melengkung.

Sejarah Singkat Form Finding: Dari Eksperimen Fisik ke Komputasi Digital

Konsep ini pertama kali mendapat perhatian luas melalui karya Antoni Gaudí, yang menggunakan model rantai terbalik (catenary) untuk menemukan bentuk natural struktur di Sagrada Familia. Selanjutnya, insinyur seperti Heinz Isler dan Frei Otto membawa form finding ke ranah teknik sipil dan arsitektur eksperimental.

  • Frei Otto mengembangkan struktur membran dan tensile, seperti di paviliun Jerman Expo 67.

  • Heinz Isler menciptakan shell structures dari hasil eksperimen menggantung kain lalu dibalik — bentuk yang ditemukan adalah struktur paling efisien.

Dengan kemajuan teknologi, kini arsitek menggunakan software seperti Kangaroo, Rhino/Grasshopper, dan Autodesk Fusion untuk melakukan form finding digital, menjadikan proses ini lebih presisi dan bisa direplikasi.

Metode Umum dalam Form Finding

Setiap metode dalam form finding memiliki pendekatan dan tujuan yang berbeda, tergantung dari jenis struktur dan prinsip gaya yang ingin diterapkan.

1. Fisik: Model Gantung dan Tarik

Menggunakan media nyata seperti kain, rantai, atau lateks:

  • Rantai gantung (catenary chain) untuk mencari bentuk lengkung alami.

  • Kain elastis direntangkan untuk menghasilkan form tensile.

  • Bubble models untuk memvisualisasikan tensi minimum.

Metode ini masih digunakan di sekolah arsitektur untuk mengasah intuisi spasial dan pemahaman struktural secara langsung.

2. Numerik: Pemodelan Digital Parametrik

Dengan bantuan software:

  • Simulasi gaya tarik, tekan, dan beban dalam model digital.

  • Formulasi matematis menggunakan finite element method (FEM).

  • Parametrik design memungkinkan manipulasi bentuk berdasarkan input gaya dan batasan material.

Contoh: perancangan kanopi stadion menggunakan simulasi digital formfinding untuk memastikan stabilitas struktur sekaligus estetika lengkungnya.

Penerapan Form Finding dalam Arsitektur Kontemporer

Form finding kini bukan sekadar eksperimen. Banyak proyek arsitektur berskala besar memanfaatkan teknik ini untuk menciptakan bentuk yang ikonik, efisien, dan ramah material.

Beberapa contoh penerapannya:

  • Heydar Aliyev Center oleh Zaha Hadid Architects: bentuk fluid yang responsif terhadap aliran ruang.

  • Beijing National Stadium (Bird’s Nest) oleh Herzog & de Meuron: struktur kompleks dengan prinsip tegangan dan kompresi.

  • The Serpentine Pavilion oleh arsitek ternama dunia: eksplorasi eksperimental yang sering melibatkan formfinding digital.

Di Indonesia, beberapa firma desain mulai mengadopsi pendekatan formfinding untuk proyek lanskap, instalasi seni urban, hingga bangunan komersial berkonsep hijau dan ringan struktur.

Keunggulan Form Finding Dibanding Pendekatan Konvensional

Pendekatan ini memberikan sejumlah keuntungan arsitektural dan teknis:

  • Efisiensi Material: bentuk yang ditemukan cenderung meminimalisasi penggunaan material berlebih.

  • Ketahanan Struktural: mengikuti distribusi gaya alami menghasilkan struktur lebih stabil.

  • Inovasi Estetika: menghasilkan bentuk-bentuk baru yang sulit diperoleh dengan pendekatan linear.

  • Adaptif terhadap Lingkungan: form yang responsif bisa menciptakan ventilasi alami atau reduksi panas pasif.

Namun perlu dicatat, form finding bukan pengganti pendekatan desain lainnya, melainkan pelengkap yang membuka cara baru dalam menyikapi struktur sebagai bagian dari desain, bukan hanya penyangga.

Tantangan dan Etika dalam Penerapan Form Finding

Meski inovatif, form finding juga menghadirkan tantangan tersendiri:

  • Overdesign: penggunaan bentuk ekstrem tanpa kebutuhan fungsional bisa berujung pemborosan.

  • Kesulitan Konstruksi: bentuk non-linear sering sulit direalisasikan tanpa teknologi dan biaya tinggi.

  • Ketergantungan pada Software: tanpa pemahaman struktur, arsitek bisa terjebak pada “bentuk demi bentuk”.

Etika desain menuntut formfinding digunakan secara sadar: bentuk harus lahir dari konteks, fungsi, dan prinsip keberlanjutan — bukan sekadar eksplorasi visual.

Penutup: Form Finding sebagai Pendekatan, Bukan Gaya

Form finding mengajarkan satu hal penting dalam arsitektur: bentuk terbaik bukan yang paling rumit, tapi yang paling tepat. Melalui pemahaman gaya dan perilaku material, arsitek bisa menemukan bentuk yang efisien, estetis, dan relevan secara kontekstual.

Di era di mana desain makin terdorong oleh data dan algoritma, formfinding menjadi jembatan antara intuisi desain, ilmu teknik, dan eksplorasi estetika. Ia bukan tujuan akhir, melainkan cara bertanya: “Bagaimana jika bentuk tidak ditentukan, tapi ditemukan?”

Baca juga konten dengan artikel terkait tentang: Arsitektur

Baca juga artikel lainnya: Placemaking: Konsep Desain yang Menghidupkan Ruang Publik

Author