Waktu saya jalan-jalan ke Singapura beberapa tahun lalu, saya melewati satu bangunan aneh—warnanya ngejreng, jendelanya bentuknya nggak simetris, dan di depannya ada tiang beton yang seolah dipasang terbalik. Dalam hati saya cuma bilang, “Ini arsiteknya lagi mabuk apa gimana, ya?” Tapi setelah saya cari tahu, ternyata itu salah satu karya arsitektur postmodern. Dan sejak saat itu, saya mulai masuk ke dunia baru: dunia di mana bangunan tidak harus serius, kaku, atau rasional—tapi bisa bermain, mengejek, dan menghibur.
Apa Itu Arsitektur Postmodern?
Arsitektur postmodern adalah gaya desain yang muncul sejak akhir tahun 1960-an sebagai reaksi terhadap kejenuhan gaya modernisme yang dianggap terlalu kaku, fungsional, dan “dingin.”
Kalau modernisme fokus pada kesederhanaan dan “form follows function,” maka postmodernisme bilang:
“Kenapa harus selalu lurus dan minimal? Kenapa bangunan nggak boleh main-main atau mengutip masa lalu?”
Dan dari sanalah lahir bangunan-bangunan yang unik, eksentrik, dan kadang membingungkan—tapi selalu menarik perhatian.
Latar Sejarah Singkat
Gaya ini lahir di Amerika dan Eropa, terutama lewat kritik dari arsitek dan penulis seperti Robert Venturi, yang menulis buku berjudul Complexity and Contradiction in Architecture pada 1966.
Dalam bukunya, Venturi menolak prinsip arsitektur modern yang terlalu menyederhanakan bentuk. Ia menyatakan bahwa:
“Less is a bore” (sedikit itu membosankan)
Kalimat itu jelas sindiran dari jargon modernis “Less is more.”
Akhirnya pada era 1970-an hingga awal 2000-an, postmodern berkembang dengan ciri khas yang sangat mudah dikenali.
Ciri Khas Arsitektur Postmodern
Berikut beberapa ciri khas yang langsung saya sadari setelah mulai memperhatikan bangunan postmodern:
1. Permainan Bentuk Geometris
Postmodern senang mencampur bentuk-bentuk tidak lazim: lingkaran, segitiga, kubus, bahkan potongan acak yang tampak seperti puzzle. Tidak ada keharusan simetri atau keseimbangan.
2. Referensi Historis dan Budaya Pop
Bangunan postmodern bisa meniru kuil Yunani, lalu menggabungkannya dengan neon khas Las Vegas. Tidak ada batasan, bahkan kadang disengaja dibuat kitsch alias “norak tapi sadar diri.”
3. Warna dan Material yang Berani
Tidak segan pakai warna mencolok: pink, biru, ungu, emas. Kadang materialnya pun tidak umum, misalnya logam dicampur keramik atau plastik dicat seperti marmer.
4. Ornamen Kembali Dihidupkan
Setelah modernisme membuang semua dekorasi, postmodern menghidupkan lagi ornamen—tapi dengan cara ironis, berlebihan, dan kadang seperti parodi.
5. Konsep “Double Coding”
Artinya, bangunan bisa bermakna ganda: satu sisi bisa dinikmati awam karena bentuknya lucu, sisi lain bisa dimaknai arsitek karena referensinya ke sejarah atau teori.
Contoh paling terkenal? Piazza d’Italia karya Charles Moore. Dari jauh tampak seperti taman bermain ala Romawi, tapi sebenarnya satir terhadap simbol kekuasaan klasik.
Tokoh-Tokoh Besar Gaya Postmodern
Kalau kamu mau masuk lebih dalam, kenalan dulu dengan para “bapak postmodernisme”:
-
Robert Venturi & Denise Scott Brown: pionir teori dan desain
-
Michael Graves: arsitek dan desainer furnitur dengan warna-warna cerah
-
Charles Moore: pengusung desain ironis
-
Philip Johnson: desain AT&T Building yang ikonik
-
Ricardo Bofill: master Arsitektur postmodern Eropa yang karya-karyanya seperti labirin geometris
Karya-karya mereka bisa kamu eksplorasi lewat koleksi visual di ArchDaily Postmodern Projects, sumber favorit saya untuk cari referensi desain unik.
Contoh Bangunan Postmodern yang Ikonik
Beberapa bangunan yang sempat bikin saya menganga waktu pertama kali melihat:
-
AT&T Building (sekarang Sony Tower) – New York
Bangunan pencakar langit dengan atap seperti hiasan lemari antik -
Piazza d’Italia – New Orleans
Taman publik dengan pilar palsu berlapis cat emas, lucu tapi filosofis -
The Portland Building – Oregon
Warnanya ngejreng, bentuknya tak biasa, dan penuh motif historis -
Les Espaces d’Abraxas – Paris
Apartemen mirip benteng dalam video game distopia -
Walt Disney Concert Hall – Los Angeles
Desain dekonstruktif yang masih punya elemen postmodern, karya Frank Gehry
Bangunan-bangunan ini menunjukkan bahwa arsitektur bisa menyenangkan, menggoda pikiran, dan kadang memancing debat.
Bagaimana Arsitektur Postmodern Masuk ke Desain Rumah Pribadi?
Saya juga melihat bahwa tren ini tidak berhenti di bangunan publik. Sekarang banyak rumah pribadi—bahkan di Indonesia—yang mulai terinspirasi:
-
Fasad rumah dengan bentuk asimetris
-
Penggunaan warna pastel dan neon
-
Jendela bundar atau segitiga
-
Dinding motif tak simetris
-
Interior dengan sentuhan retro-futuristik
Beberapa arsitek lokal bahkan mulai bereksperimen dengan material daur ulang dan penempatan elemen dekoratif yang “nyeleneh” tapi artistik.
Saya sempat melihat rumah di Bandung yang menggabungkan bentuk bangunan tradisional Sunda dengan dinding pink pastel dan jendela persegi raksasa. Tidak semua orang suka, tapi menurut saya itu keberanian yang patut diapresiasi.
Kenapa Saya Jatuh Cinta pada Gaya Ini
Karena gaya ini tidak menghakimi. Ia membebaskan. Ia menertawakan konvensi. Dan ia berani ambil risiko. Dan yang paling penting—ia membuat arsitektur terasa personal.
Setelah saya terbiasa melihat Arsitektur postmodern, saya jadi lebih terbuka melihat segala bentuk ekspresi kreatif. Saya juga jadi belajar bahwa desain bukan sekadar soal efisiensi, tapi juga soal cerita, emosi, dan kadang… humor.
Kritik terhadap Gaya Postmodern
Tentu tidak semua orang suka. Banyak juga arsitek dan kritikus yang menyebut Arsitektur postmodern:
-
Tidak konsisten secara struktural
-
Terlalu mencolok dan memaksakan bentuk
-
Sulit dirawat dan membingungkan pengguna
-
Terlalu bergantung pada simbolisme dan teori
Tapi begitulah seni. Semakin kontroversial, semakin membuka diskusi.
Apakah Postmodern Masih Relevan Hari Ini?
Saya pikir: iya, tapi bentuknya berubah.
Sekarang arsitektur bergerak ke arah “post-postmodern” atau contemporary, di mana unsur postmodern tetap hidup tapi lebih subtle. Kita bisa lihat itu di banyak bangunan urban yang:
-
Pakai warna eksentrik tapi tetap fungsional
-
Pakai bentuk unik tapi tetap efisien
-
Menyisipkan humor di detail kecil
Banyak startup, coffee shop, galeri, dan rumah pribadi sekarang menggabungkan unsur Arsitektur postmodern untuk memberi karakter yang kuat dan tidak membosankan.
Bagaimana Saya Menerapkan Sentuhan Postmodern di Rumah?
Saya belum bisa bangun rumah ala AT&T Building, tentu. Tapi ada hal-hal kecil yang saya coba:
-
Pakai cat warna toska dan kuning mustard di dapur
-
Pasang lampu gantung bentuk tabung melingkar
-
Cetak foto-foto bangunan Arsitektur postmodern dan bingkai di ruang tamu
-
Pilih kursi makan dengan warna berbeda-beda
Hasilnya? Rumah saya tidak monoton, selalu punya “kejutan” kecil di tiap sudut. Dan tamu yang datang selalu komentar, “Eh lucu juga ya ini desainnya.”
Rumah mewah indah, yuk ciptakan dengan: Arsitektur Mediterania Klasik: Keindahan Hunian Eropa Nyaman