Kalau kamu pernah berdiri di lobi gedung pencakar langit dan menatap ke atas sambil berpikir, “Bagaimana ya orang naik sampai lantai 40 dalam waktu satu menit?”—jawabannya sederhana tapi kompleks: Konstruksi Elevator.
Dalam dunia konstruksi modern, terutama untuk bangunan vertikal seperti apartemen, hotel, perkantoran, hingga pusat perbelanjaan, konstruksi elevator bukan hanya pelengkap. Ia adalah elemen vital. Tanpanya, fungsi bangunan nyaris lumpuh.
Anekdot: Di salah satu proyek hotel bintang lima di Surabaya, elevator belum aktif meski gedung nyaris selesai. Akibatnya? Semua pengangkutan furniture harus pakai tangga darurat hingga lantai 15. Staf stres, dan proyek mundur sebulan. Gara-gara satu komponen penting yang dianggap “nanti aja”.
Tapi tunggu, konstruksi elevator itu bukan cuma soal pasang lift. Ia adalah kombinasi antara desain struktur, mekanikal, elektrikal, keamanan, dan efisiensi ruang. Dan jika salah hitung sedikit, konsekuensinya bisa mahal—secara waktu, biaya, bahkan nyawa.
Komponen Kunci dalam Sistem Konstruksi Elevator
Agar lift bisa bekerja sebagaimana mestinya—halus, cepat, dan aman—dibutuhkan koordinasi dari berbagai komponen dalam sistemnya. Berikut bagian-bagian utama dalam konstruksi elevator yang wajib dipahami oleh siapa pun yang terlibat dalam proyek pembangunan vertikal:
1. Shaft (Ruang Elevator)
-
Ruang vertikal tempat elevator bergerak naik-turun.
-
Dibangun dari beton bertulang atau baja struktural.
-
Harus kedap suara, tahan api, dan bebas dari celah struktural.
2. Guide Rails
-
Rel baja yang memandu pergerakan lift agar tetap stabil.
-
Ditempatkan di sisi kiri-kanan shaft dan jalur counterweight.
3. Car (Kabinet Elevator)
-
Ruangan tempat penumpang atau barang berada.
-
Dirancang untuk kenyamanan, estetika, dan kapasitas sesuai fungsi (rumah, kantor, atau barang industri).
4. Counterweight
-
Berfungsi menyeimbangkan bobot elevator agar motor tidak bekerja terlalu berat.
-
Membantu efisiensi energi dan mengurangi tekanan pada kabel.
5. Traction Machine (Mesin Penggerak)
-
Terletak di ruang mesin di atas shaft (untuk sistem traksi).
-
Menggunakan motor listrik AC/DC, rem elektromagnetik, dan pulley untuk menarik kabel baja.
6. Hoist Ropes (Kabel Baja)
-
Mengangkat dan menurunkan lift melalui pulley.
-
Harus diganti secara berkala setelah siklus tertentu.
7. Control Panel
-
Otak sistem elevator.
-
Mengatur kecepatan, posisi, penjadwalan, hingga sistem keamanan.
Fun fact: Di gedung pencakar langit, elevator bisa punya kecepatan lebih dari 10 m/s. Artinya, dari lantai dasar ke lantai 60 cuma butuh waktu kurang dari 30 detik.
Tahapan Konstruksi Elevator dalam Proyek Bangunan
Konstruksi elevator harus dilakukan bersamaan dengan pembangunan struktur utama gedung. Penundaan atau kelalaian bisa berdampak pada seluruh timeline proyek.
1. Desain Awal dan Koordinasi MEP
-
Elevator engineer harus bekerja sama dengan arsitek, sipil, dan tim MEP (Mechanical, Electrical, Plumbing) sejak tahap awal.
-
Penempatan shaft dan ruang mesin disesuaikan dengan tipe lift (traksi, hidrolik, machine room-less).
2. Pekerjaan Sipil (Civil Works)
-
Pengecoran shaft lift dilakukan secara bertahap per lantai.
-
Pemasangan insert anchor untuk guide rail dan bracket dilakukan selama pekerjaan struktural.
3. Instalasi Rel dan Counterweight
-
Setelah struktur naik beberapa lantai, pemasangan guide rail dimulai dari bawah ke atas.
-
Counterweight disusun dan dikalibrasi agar balance.
4. Instalasi Mesin dan Panel Kontrol
-
Mesin penggerak diangkat dan ditempatkan di ruang mesin (top shaft) atau ruang servis.
-
Kabel, pulley, dan sensor dihubungkan ke control panel.
5. Pemasangan Kabin Elevator
-
Kabin dikirim dalam bentuk knock-down lalu dirakit di lokasi.
-
Desain interior disesuaikan dengan spesifikasi proyek (minimalis, premium, industri).
6. Pengujian & Commissioning
-
Semua fungsi diuji: kecepatan, leveling, tombol darurat, intercom, sensor beban.
-
Sertifikasi keselamatan dilakukan oleh pihak ketiga bersertifikat.
Anekdot: Di proyek mal di Makassar, elevator sempat ditunda karena pengiriman mesin tertahan di pelabuhan. Tim konstruksi akhirnya improvisasi dengan “temporary lift” dari scaffolding dan katrol—berisiko tinggi dan memakan waktu. Ini pelajaran: elevator bukan last-minute item.
Jenis-Jenis Sistem Elevator dan Aplikasinya
Setiap gedung punya kebutuhan dan karakteristik sendiri. Maka, jenis elevator pun disesuaikan agar efisien dan tepat guna.
1. Elevator Traksi (Traction Elevator)
-
Paling umum untuk gedung tinggi.
-
Menggunakan kabel dan motor di atas shaft.
-
Bisa mencapai kecepatan tinggi.
-
Cocok untuk: perkantoran, apartemen, hotel.
2. Elevator Hidrolik (Hydraulic Elevator)
-
Digunakan untuk gedung rendah (maksimal 5 lantai).
-
Menggunakan tekanan hidrolik untuk mendorong kabin dari bawah.
-
Lebih lambat, tapi murah dan mudah perawatan.
-
Cocok untuk: rumah sakit, rumah tinggal goltogel, showroom.
3. Machine Room-Less (MRL) Elevator
-
Mesin penggerak terletak di dalam shaft, tidak butuh ruang mesin tambahan.
-
Efisien untuk gedung kecil yang hemat ruang.
4. Freight Elevator
-
Digunakan untuk angkut barang, biasanya di gudang, hotel, atau dapur pusat.
-
Kapasitas bisa mencapai 2.000 kg atau lebih.
-
Desain tahan benturan dan lebih kuat.
5. Panoramic / Glass Elevator
-
Untuk estetika dan experience visual.
-
Biasanya digunakan di mal, museum, atau hotel mewah.
Catatan: Biaya instalasi elevator berkisar Rp 500 juta–Rp 2 miliar tergantung jenis, kapasitas, dan teknologi.
Aspek Keamanan dan Regulasi dalam Konstruksi Elevator
Bicara soal elevator, keamanan adalah segalanya. Karena ini menyangkut jiwa manusia yang naik-turun setiap hari di dalam kabin yang menggantung di udara.
Standar Keamanan Umum:
-
Emergency brake: sistem rem otomatis saat kabel putus atau kecepatan abnormal.
-
Overspeed governor: mencegah lift meluncur turun bebas.
-
Buffer: peredam di dasar shaft untuk menghindari benturan keras.
-
Intercom & alarm button: komunikasi darurat jika terjebak.
Regulasi di Indonesia:
-
Diatur oleh SNI (Standar Nasional Indonesia) dan Permenaker tentang instalasi alat angkat angkut.
-
Elevator wajib diperiksa oleh petugas K3 dan mendapatkan sertifikat laik operasi sebelum digunakan.
-
Pemeliharaan rutin minimal 3 bulan sekali oleh teknisi bersertifikat.
Anekdot: Di salah satu apartemen mewah Jakarta, elevator pernah macet karena listrik mati dan genset telat aktif. Ada penghuni terjebak 45 menit tanpa ventilasi. Sejak itu, mereka upgrade ke sistem UPS untuk lift. Mahal, tapi lebih tenang.
Penutup: Elevator Bukan Sekadar Alat Angkut, Tapi Nyawa Sebuah Bangunan
Kalau kamu sedang merancang gedung atau terlibat dalam proyek konstruksi, jangan pernah anggap enteng elevator. Ia bukan aksesori. Ia bukan “nanti aja pas akhir proyek.”
Elevator adalah tulang punggung mobilitas vertikal.
Dan dalam dunia yang makin naik ke atas, elevator adalah penghubung yang tak terlihat, tapi sangat terasa.
Mulai dari desain, pemilihan jenis, instalasi, hingga perawatannya, konstruksi elevator membutuhkan perhatian penuh—dari semua pihak. Karena satu kesalahan kecil bisa berdampak besar.
Jadi, naiklah. Tapi pastikan setiap tombol yang kamu tekan, setiap lantai yang kamu tuju—dilalui oleh sistem yang dibangun dengan perhitungan, keahlian, dan rasa tanggung jawab yang tinggi.
Baca Juga Artikel dari: Urban Pocket Park: Oase Mini di Tengah Kota yang Sibuk
Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Arsitektur