Carbon Capture

Jakarta, inca-construction.co.id – Suatu pagi musim semi di kota Tangshan, seorang insinyur bernama Zhang Wei berdiri di atas menara pendingin pabrik semen milik negara. Udara masih berbau kapur basah dan asap batu bara. Ia menghadap ke langit yang tak sepenuhnya biru. Di bawahnya, truk-truk besar datang dan pergi, membawa bahan baku untuk industri yang… ironisnya, sedang berusaha tidak menghancurkan planet.

Zhang adalah salah satu teknisi yang terlibat dalam proyek percontohan carbon capture — teknologi yang disebut-sebut sebagai penyelamat dunia dari bencana iklim. Dan di sini, di jantung industri konstruksi China, teknologi itu sedang diuji keras oleh realitas.

Carbon capture, atau penangkapan karbon, adalah proses menangkap emisi karbon dioksida (CO₂) dari sumber industri seperti pembangkit listrik, pabrik baja, atau pabrik semen, sebelum gas itu lepas ke atmosfer. Di China, di mana konstruksi menyumbang lebih dari 25% emisi karbon nasional, ini bukan lagi opsi. Ini kebutuhan.

Tapi masalahnya, carbon capture itu seperti diet keto — teorinya hebat, hasilnya bisa luar biasa, tapi penerapannya… rumit, mahal, dan sering bikin frustrasi.

Kenapa Konstruksi China Jadi Target Utama? Jejak Karbon Semen dan Baja yang Gede Banget

Carbon Capture

Kita nggak bisa ngomongin konstruksi China tanpa ngomongin skalanya.

China membangun dalam satu dekade apa yang butuh seabad di negara lain. Jalan tol, jembatan, gedung pencakar langit, dan tentu saja… real estate yang kadang jadi kota hantu. Industri konstruksi ini didukung oleh dua bahan utama: semen dan baja — yang, sayangnya, juga merupakan dua kontributor terbesar emisi karbon di sektor industri.

Fakta Singkat:

  • Produksi semen menyumbang sekitar 8% dari total emisi CO₂ global.

  • China memproduksi lebih banyak semen dalam dua tahun (2011–2013) dibandingkan seluruh AS sepanjang abad ke-20. Ya, abad ke-20.

  • Industri baja China menyumbang lebih dari 15% emisi karbon nasional.

Proses produksinya memang tidak bisa dihindari menghasilkan emisi. Untuk membuat klinker (bahan utama semen), kapur dipanaskan hingga 1450°C, dan ini memecah senyawa kalsium karbonat, menghasilkan CO₂ sebagai byproduct. Bahkan kalau seluruh proses menggunakan energi bersih, CO₂ tetap keluar dari reaksi kimianya.

Maka hadirlah teknologi carbon capture: bukan mencegah emisinya, tapi menangkapnya sebelum lolos.

Bagaimana Cara Kerja Carbon Capture? Simpel di Slide Presentasi, Ribet di Dunia Nyata

Carbon capture punya beberapa metode, dan di China semuanya sedang diuji, dari pabrik semen di Anhui sampai fasilitas uji coba di Inner Mongolia.

Cara Kerja Umumnya:

  1. Tangkap CO₂ dari gas buang (post-combustion).

  2. Kompresi dan pemurnian CO₂ agar tidak bercampur zat lain.

  3. Transportasi CO₂ (via pipa atau truk ke tempat penyimpanan).

  4. Penyimpanan atau pemanfaatan ulang (CCS vs CCU).

Nah, ini bagian yang tricky: menyimpan CO₂ itu bukan seperti menyimpan data di flashdisk. Kita bicara soal menginjeksi gas ke bawah tanah — ke formasi batuan dalam atau akuifer asin — dan berharap dia tidak bocor selama ribuan tahun.

Atau, bisa juga dimanfaatkan jadi produk lain, misalnya:

  • CO₂ dijadikan bahan baku produksi metanol.

  • CO₂ digunakan untuk mempercepat proses pembuatan beton rendah karbon.

  • CO₂ dipakai dalam enhanced oil recovery (yang… agak kontroversial).

China saat ini punya lebih dari 20 fasilitas pilot carbon capture yang tersebar dari timur ke barat, dan sedang membangun lebih banyak lagi. Tapi sebagian besar proyek masih dalam tahap awal atau skala kecil.

Tantangan dan Realita: Mahal, Lambat, Tapi Tak Ada Jalan Lain

Teknologi carbon capture bukan tanpa kritik. Banyak yang bilang ini “excuse mahal” supaya industri tetap bisa membakar bahan fosil dan berkata: “Tenang, CO₂-nya kami tangkap kok!”

Tapi di China, masalahnya lebih dari itu.

Tantangan Terbesar:

  • Biaya tinggi: Instalasi carbon capture bisa menambah 40–80% biaya operasional pabrik.

  • Energi ekstra: Ironisnya, butuh energi besar untuk menangkap emisi dari… pembakaran energi.

  • Regulasi belum solid: Tidak semua wilayah di China punya framework legal untuk penyimpanan karbon bawah tanah.

  • Penerimaan publik rendah: Banyak warga yang khawatir soal potensi bocoran CO₂ bawah tanah, yang bisa mencemari air atau memicu tekanan geologis.

Namun begitu, pemerintah China tetap mendorong sektor ini lewat target ambisius: net-zero emission pada 2060. Di sinilah carbon capture bukan pilihan lagi, tapi kartu terakhir.

Pemerintah pusat juga telah memasukkan carbon capture sebagai bagian penting dari 14th Five-Year Plan, dengan mendorong kolaborasi antara perusahaan negara (SOEs) dan startup teknologi.

Bahkan ada kompetisi teknologi mirip “XPrize” lokal yang menawarkan insentif bagi tim riset yang bisa menghasilkan model CCS (Carbon Capture and Storage) ekonomis untuk industri konstruksi.

Masa Depan: Bisakah Carbon Capture Jadi Normal di Konstruksi China?

Carbon Capture

Mari jujur. Mimpi dunia tanpa emisi itu indah, tapi jalannya panjang dan penuh ranjau. Namun bukan berarti tidak mungkin.

Saat ini, China sudah menunjukkan niat serius:

  • Sinopec membangun fasilitas CCUS di Shandong, targetkan menyimpan 1 juta ton CO₂ per tahun.

  • China National Building Materials bekerja sama dengan perusahaan Eropa untuk proyek percontohan carbon-neutral cement.

  • Startup seperti Levice Carbon dan Blue Lake Tech mulai bikin breakthrough CCS modular dengan skala lebih kecil dan murah — cocok untuk pabrik menengah.

Proyeksi masa depan:

  • Dalam 10 tahun, carbon capture bisa menjadi bagian standar dari pabrik semen atau baja baru di China.

  • Carbon credits dari hasil CCS akan masuk bursa emisi karbon nasional.

  • Bisa jadi, China bukan cuma jadi penghasil emisi terbesar… tapi juga pionir dalam teknologi penangkap emisi.

Dan kalau itu terjadi, Zhang Wei — insinyur dari awal cerita kita — akan punya cerita hebat untuk cucunya nanti. Bahwa di tengah kabut abu-abu dan ketidakpastian, ia ikut ambil bagian dalam perubahan besar demi langit yang lebih biru.

Epilog: Teknologi yang Tidak Seksi, Tapi Sangat Penting

Carbon capture mungkin tidak se-hype AI atau mobil listrik. Ia tidak mengilap, tidak memicu hype viral, dan sulit dijelaskan dalam satu kalimat TikTok.

Tapi di balik pabrik-pabrik besar dan proyek-proyek beton raksasa China, carbon capture sedang bekerja diam-diam. Menangkap, menyimpan, dan menahan nafas dunia yang selama ini penuh polusi.

Dan mungkin, itulah bentuk kepahlawanan baru: bukan mereka yang berteriak, tapi yang pelan-pelan menyelamatkan bumi — satu molekul karbon dioksida pada satu waktu.

Baca Juga Artikel dari: Desain dan Kekuatan: Struktur Grid Shell Dunia Konstruksi Modern

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Arsitektur

Author

By Hani